Ditulis oleh: Maria Magdalena Husun

Komitmen dalam meningkatkan pengetahuan dan literasi terus ditunjukkan oleh SD Gembala Baik II melalui partisipasinya dalam kegiatan Gerakan Literasi Tiga Etnis (Geliat). Kegiatan ini merupakan aksi nyata dalam mendukung Literasi Budaya dan Kewarganegaraan yang dikemas secara menyenangkan dan penuh makna. Tujuan utamanya adalah membentuk karakter generasi muda yang bangga terhadap budayanya, mencintai keragaman, dan tumbuh dalam semangat toleransi.
Kegiatan Geliat melibatkan siswa-siswi dari berbagai sekolah dasar di Pontianak, antara lain SDN 15, SDN 32, SDN 26, SDN 24 Pontianak, SD Gembala Baik II, SD Global Maju Khatulistiwa, SDI Al Mukhlisun, dan SDIA Al-Azhar Pontianak. Peserta yang berusia antara 7 hingga 12 tahun mengikuti rangkaian kegiatan selama lima kali pertemuan di Taman Catur Universitas Tanjungpura, setiap hari Minggu pukul 07.00–09.30 WIB.
Memahami Toleransi Melalui Budaya
Pertemuan pertama pada 29 Juni 2025 diawali dengan tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan awal peserta. Kegiatan ini juga diisi dengan permainan, dinamika kelompok, pengenalan tiga etnis besar di Kalimantan Barat (Tionghoa, Dayak, dan Melayu atau disingkat Tidayu), dongeng, membaca buku dwibahasa (Indonesia dan bahasa daerah), serta bermain permainan tradisional.
Pada pertemuan kedua, 6 Juli 2025, fokus kegiatan adalah literasi budaya Melayu Pontianak yang dibawakan oleh Bujang Dare Melayu Pontianak. Siswa menikmati dongeng interaktif berbahasa Melayu Pontianak, mempelajari kosakata khas, membaca buku dwibahasa dalam seri Jelajah Cakrawala, dan memainkan permainan tradisional Melayu seperti Tabak.
Pertemuan ketiga, 13 Juli 2025, menghadirkan literasi budaya Dayak Kanayatn. Bujang Dara Gawai Kalimantan Barat menampilkan drama dongeng berbahasa Dayak Kanayatn. Peserta juga mempelajari kosakata khas Dayak, membaca buku cerita dwibahasa, serta mempraktikkan permainan tradisional seperti Dangka’ dan Batu Tasak.
Pertemuan keempat, 20 Juli 2025, menampilkan budaya Tionghoa Hakka. Muda-mudi Tionghoa mempersembahkan drama dongeng interaktif, mengenalkan kosakata bahasa Tionghoa Hakka, membaca buku Jelajah Cakrawala, dan memainkan permainan tradisional Tionghoa.
Pada pertemuan kelima, 27 Juli 2025, para siswa mengikuti post-test, latihan menampilkan pantun, menari, dan bernyanyi. Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang persiapan untuk acara puncak Geliat.
Puncak Geliat: Perayaan Ragam Budaya dan Semangat Menabung
Puncak acara Geliat Kalimantan Barat berlangsung meriah pada Minggu, 3 Agustus 2025 di Pendopo Gubernur Kalimantan Barat, mengusung tema “Kampanye Ayo Menabung dan Puncak Gerakan Tiga Etnis Kalimantan Barat”. Seluruh peserta hadir dengan mengenakan baju adat dan batik. SD Gembala Baik II mengirimkan 10 siswa, didampingi 4 orang tua dan 5 pendamping. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalimantan Barat mengadakan literasi KEJAR kampanye ayo menabung dan Sosialisasi Simpanan Pelajar (SimPel), literasi dan pertunjukan pantun dan tarian seni budaya Etnis Melayu, menyanyi dan drama pertunjukan cerita daerah dari budaya Etnis Dayak, serta menyanyi, penampilan musik, dan barongsai dari budaya Etnis Tionghoa.
Acara ini terselenggara berkat kerja sama Balai Bahasa Kalimantan Barat dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalimantan Barat. Dalam laporan Duta Bahasa Terbaik Kalimantan Barat 2025, Hugo dan Resta menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkenalkan dan melestarikan budaya lokal kepada generasi muda, serta membangun semangat toleransi melalui kebhinekaan budaya.
“Kegiatan Geliat menjadi sarana memperkenalkan budaya Kalimantan Barat kepada generasi muda agar terus mampu merajut toleransi lewat pelestarian nilai-nilai budaya,” ungkap Hugo dan Resta, Minggu (03/08/2025).
Merawat Kearifan Lokal dan Membangun Masa Depan
Kepala Balai Bahasa Kalimantan Barat, Dr. Uniawati, S.Pd., M.Hum., menyampaikan bahwa Geliat merupakan inisiatif positif anak-anak muda Kalimantan Barat dalam merawat kearifan lokal yang terancam oleh arus globalisasi dan kemajuan teknologi.
“Geliat adalah bentuk nyata upaya menjaga nilai-nilai budaya lokal agar tidak hilang oleh perkembangan zaman,” tegasnya.
Senada dengan itu, Kepala OJK Kalimantan Barat, Rochma Hidayati, menekankan pentingnya mengenal budaya sejak dini serta membiasakan menabung sebagai bekal masa depan.
“Budaya yang beragam perlu dikenali dan dirawat sejak dini. Demikian juga dengan menabung, yang harus dilatih sedari kecil agar kelak mampu memenuhi kebutuhan masa depan secara bijaksana,” jelasnya.
Sementara itu, Drs. H. Ria Norsan, M.M., M.H., menambahkan pentingnya regenerasi dalam pelestarian budaya melalui keterlibatan anak-anak dan orang muda. Nilai-nilai seperti gotong royong, persaudaraan, dan hubungan humanis perlu terus diwariskan melalui pendidikan.
“Pelestarian budaya lokal harus melibatkan generasi muda agar nilai-nilai luhur seperti semangat gotong royong dan persaudaraan tetap hidup dalam masyarakat,” ujarnya.
Kegiatan Geliat menjadi bukti nyata bahwa literasi bukan sekadar soal membaca dan menulis, tetapi juga cara untuk mengenal jati diri, merawat kebudayaan, dan menjalin toleransi. Semangat kebersamaan yang terbangun dalam keberagaman menjadikan literasi budaya sebagai jembatan yang menyatukan, bukan memisahkan. Semoga kegiatan seperti ini terus tumbuh dan menjadi inspirasi bagi banyak sekolah lainnya untuk ikut serta dalam upaya merajut toleransi melalui literasi.Kegiatan Geliat menjadi bukti nyata bahwa literasi bukan sekadar soal membaca dan menulis, tetapi juga cara untuk mengenal jati diri, merawat kebudayaan, dan menjalin toleransi. Semangat kebersamaan yang terbangun dalam keberagaman menjadikan literasi budaya sebagai jembatan yang menyatukan, bukan memisahkan. Semoga kegiatan seperti ini terus tumbuh dan menjadi inspirasi bagi banyak sekolah lainnya untuk ikut serta dalam upaya merajut toleransi melalui literasi. (ES)