Suka Dukaku
Karya Birawa Noraga

Di sudut kelas yang penuh dengan tawa dan kegembiraan, Birawa Noraga berdiri dengan senyum lebar, menghadapi 36 siswa yang penuh semangat di kelas 3B SD Gembala Baik II Pontianak. Sebagai guru yang sudah mengajar lebih dari tujuh tahun, Birawa memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam dunia pendidikan. Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi setiap hari selalu membuatnya belajar dan berkembang sebagai seorang pendidik.
Suka Mengajar: Menyaksikan Perkembangan Anak-Anak
Bagi Birawa, mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga sebuah kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada anak-anak didiknya. Di kelas 3B, Birawa selalu berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Setiap hari, ia berupaya membuat anak-anak merasa antusias dan nyaman dengan kegiatan belajar yang dilakukannya.
“Sebagai guru, saya tidak hanya mengajar pelajaran, tapi juga ingin menjadi bagian dari proses perkembangan mereka sebagai pribadi. Saya senang ketika melihat anak-anak semakin bersemangat belajar dan berkembang,” ujar Birawa sambil tersenyum, menceritakan salah satu kebanggaannya dalam profesinya.
Salah satu momen yang sangat membahagiakan bagi Birawa adalah ketika melihat perkembangan siswa-siswanya, baik dari segi akademik maupun karakter. Ia selalu merasa bangga saat ada siswa yang berhasil mengatasi kesulitan dalam pelajaran matematika atau bahasa Indonesia, yang sebelumnya sulit bagi mereka. Birawa percaya bahwa perkembangan akademik adalah salah satu ukuran keberhasilan seorang guru, namun yang lebih penting adalah melihat perkembangan karakter siswa yang semakin baik.
Pada suatu hari, salah seorang siswa di kelas 3B yang biasanya kesulitan memahami pelajaran matematika, tiba-tiba bisa menyelesaikan soal yang cukup sulit dengan bantuan penjelasan Birawa. Siswa tersebut tersenyum lebar, dan Birawa merasa sangat puas. “Itu adalah salah satu momen paling berharga bagi saya sebagai seorang guru,” katanya, mengenang kejadian tersebut.
Birawa juga selalu mengupayakan agar anak-anak tidak hanya menguasai pelajaran, tetapi juga dapat belajar nilai-nilai kehidupan seperti bekerja sama, bertanggung jawab, dan menghargai orang lain. Setiap kali anak-anak berhasil bekerja sama dalam kelompok, Birawa merasa bangga. Baginya, belajar bukan hanya tentang angka atau huruf, tetapi juga tentang membentuk manusia yang memiliki karakter baik.
Duka Mengajar: Tantangan di Setiap Langkah
Namun, meski penuh dengan kebahagiaan, mengajar tidak lepas dari tantangan. Birawa mengakui bahwa profesinya sebagai seorang guru penuh dengan lika-liku yang kadang membuatnya kelelahan. Di kelas 3B, terdapat berbagai karakter siswa yang berbeda-beda, dari yang sangat aktif hingga yang pendiam dan kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Menghadapi berbagai karakter ini menjadi tantangan tersendiri bagi Birawa.
“Salah satu tantangan terbesar adalah mengelola kelas yang sangat heterogen. Setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda. Ada yang cepat menangkap materi, ada juga yang membutuhkan perhatian lebih,” ujarnya.
Salah seorang siswa di kelas 3B, misalnya, memiliki karakter yang sangat aktif dan sering kali sulit untuk fokus dalam pelajaran. Setiap kali Birawa menjelaskan materi, siswa tersebut cenderung bergerak-gerak dan berbicara dengan teman-temannya. Meskipun sudah diberi pengertian dengan lembut, sikapnya yang tidak fokus sering kali mengganggu jalannya pembelajaran.
“Kadang, saya merasa sangat kelelahan menghadapi siswa yang sangat aktif. Saya harus berpikir bagaimana cara agar mereka tetap bisa fokus dan mengikuti pelajaran,” ungkap Birawa dengan nada penuh perjuangan. Namun, ia tak menyerah. Ia terus berusaha mencari cara untuk menarik perhatian siswa tersebut, dengan memberikan tugas kelompok atau permainan yang melibatkan semua anak.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi Birawa adalah keterbatasan fasilitas. Meskipun SD Gembala Baik II sudah memiliki fasilitas yang cukup baik, tidak semua alat peraga atau materi pembelajaran yang dibutuhkan selalu tersedia. Birawa sering kali harus kreatif dalam memanfaatkan barang-barang sederhana untuk mendukung proses belajar mengajar. Namun, hal ini bukanlah hal yang mudah, terutama ketika waktu dan sumber daya terbatas.
“Saya seringkali harus memutar otak untuk menciptakan bahan ajar yang menarik tanpa mengandalkan alat peraga yang mahal. Tetapi, itu justru menjadi tantangan yang menyenangkan. Saya belajar untuk lebih kreatif,” katanya dengan senyuman.
Pandemi COVID-19 juga menjadi ujian besar bagi Birawa. Sejak pembelajaran daring dimulai, ia merasa kesulitan dalam menjalin interaksi yang erat dengan siswa. Mengajar secara daring memerlukan keterampilan teknis yang lebih tinggi, dan tidak semua siswa memiliki akses yang memadai ke perangkat atau internet. Beberapa siswa kesulitan mengikuti pembelajaran daring karena masalah jaringan atau keterbatasan perangkat.
“Di awal pandemi, saya merasa sangat frustasi. Saya harus beradaptasi dengan sistem yang baru, sementara beberapa anak tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik karena masalah teknis. Saya merasa sangat prihatin, tetapi saya berusaha untuk tetap memberikan yang terbaik,” kenangnya.
Meskipun begitu, Birawa tidak pernah menyerah. Ia terus mencari solusi untuk memastikan setiap siswa tetap bisa belajar, meskipun dengan keterbatasan yang ada. Ia bahkan melakukan panggilan pribadi kepada orang tua siswa untuk memastikan anak-anak mereka tetap bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
Harapan dan Impian Seorang Guru
Di balik suka duka mengajar, Birawa memiliki harapan yang besar untuk masa depan pendidikan di Indonesia, khususnya di SD Gembala Baik II Pontianak. Ia ingin agar setiap anak di kelas 3B bisa meraih potensi terbaik mereka, tidak hanya dalam hal akademik, tetapi juga dalam pembentukan karakter.
“Saya berharap anak-anak didik saya tidak hanya menjadi orang yang pintar, tetapi juga memiliki empati, rasa tanggung jawab, dan keinginan untuk membantu sesama. Itu adalah nilai-nilai yang harus mereka bawa dalam kehidupan mereka kelak,” ujar Birawa penuh harap.
Selain itu, Birawa juga berharap agar sistem pendidikan di Indonesia semakin berkembang, dan dapat lebih memprioritaskan pendidikan karakter serta kesejahteraan guru. Menurutnya, guru adalah kunci utama dalam membentuk masa depan bangsa, sehingga mereka harus mendapatkan dukungan yang lebih baik dalam hal pelatihan, kesejahteraan, dan fasilitas pendidikan.
Penutup: Sebuah Perjalanan Penuh Makna
Mengajar adalah perjalanan panjang yang tidak selalu mulus. Bagi Birawa Noraga, profesi guru adalah panggilan hati. Setiap hari, ia menghadapi tantangan dengan penuh semangat, namun juga menemukan kebahagiaan yang tiada tara saat melihat anak-anak didiknya tumbuh dan berkembang. Meskipun ada saat-saat sulit, ia merasa bahwa inilah yang membuat profesinya begitu berarti. Dinamika selalu terjadi. Namun, tak surut semangatnya. Semangat yang selalu membara dan takkan pernah padam oleh aneka ragam pelik dalam profesi.
“Saya mungkin mengalami banyak suka duka, tetapi saya tidak akan menukarnya dengan apapun. Melihat senyum anak-anak, mendengar cerita mereka, dan melihat mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, itu adalah kebahagiaan terbesar bagi saya,” katanya sambil tersenyum, menutup kisah perjalanan hidupnya sebagai seorang guru di SD Gembala Baik II Pontianak. (ES)